KATA
PENGANTAR
Segala puji
bagi Tuhan yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Sejarah Indonesia yang membahas tentang Kerajaan Kediri
ini. Kami berharap agar makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat menjadi
sumber referensi siswa maupun guru sehingga pembaca memiliki ilmu pengetahuan
yang lebih luas mengenai sejarah Kerajaan Kediri.
Tidak lupa
kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah
ini. Tanpa kerja keras dan bantuan pihak lain, pastilah penyusun tidak dapat
membuat makalah ini dengan baik.
Dalam
menyusun makalah ini, tidak sedikit hambatan yang telah penyusun lalui. Hal itu
tentu mempengaruhi isi daripada makalah yang telah disusun ini. Berken aan
dengan hal tersebut, kesalahan dalam makalah pastilah ada. Oleh karena itu,
kami berharap agar pembaca dapat memberi kritik dan saran demi tercapainya
kesempurnaan makalah yang ini.
Poli-Polia, November 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
1.3
Tujuan Penulisan ....................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Sejarah Berdirinya Kerajaan Kediri........................................................... 2
2.2
Perkembangan Kerajaan Kediri.................................................................. 3
2.3
Aspek Kehidupan Kerajaan Kediri............................................................. 3
2.4
Raja-raja yang Pernah Memerintah Kerajaan
Kediri................................. 3
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan................................................................................................. 9
3.2
Saran........................................................................................................... 9
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kerajaan
Kediri
merupakan salah satu Kerajaan Hindu yang terletak di tepi Sungai Brantas, Jawa
Timur. Kerajaan yang berdiri pada abad ke-12 ini merupakan bagian dari Kerajaan
Mataram Kuno. Raja pertamanya bernama Shri Jayawarsa Digjaya Shastraprabu yang
menamakan dirinya sebagai titisan Wisnu.
Sejarah Berdirinya Kerajaan Kediri diawali dengan perintah Raja Airlangga yang membagi kerajaan menjadi dua bagian, yakni Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu (Kediri) yang dibatasi dengan Gunung Kawi dan Sungai Brantas. Tujuannya supaya tidak ada pertikaian. Kerajaan Janggala atau Kahuripan terdiri atas Malang dan Delta Sungai Brantas dengan pelabuhan Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, Ibu Kotanya Kahuripan. Sedangkan Kerajaan Panjalu (Kediri) meliputi, Kediri, Madiun, dan Ibu Kotanya Daha.
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana sejarah
berdirinya kerajaan Kediri?
2) Bagaimana perkembangan
Kerajaan Kediri?
3) Bagaimana aspek kehidupan
Kerajaan Kediri?
4) Siapa saja Raja-raja yang
pernah memerintah di Kerajaan Kediri?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini
adalah :
1.
Mengetahui tentang berdiri Kerajaan Kediri
2.
Mengetahui perkembangan Kerajaan Kediri
3.
Mengetahui aspek kehidupan Kerajaan Kediri
4.
Mengetahui Raja-raja yang memerintah Kerajaan Kediri
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Sejarah berdirinya Kerajaan Kediri
Penemuan
Situs Tondowongso pada awal tahun 2007, yang diyakini sebagai peninggalan
Kerajaan Kadiri diharapkan dapat membantu memberikan lebih banyak informasi
tentang kerajaan tersebut. Beberapa arca kuno peninggalan Kerajaan Kediri. Arca
yang ditemukan di desa Gayam, Kediri itu tergolong langka karena untuk pertama
kalinya ditemukan patung Dewa Syiwa Catur Muka atau bermuka empat.
Pada
tahun 1041 atau 963 M Raja Airlangga memerintahkan membagi kerajaan menjadi dua
bagian. Pembagian kerajaan tersebut
dilakukan oleh seorang Brahmana yang terkenal akan kesaktiannya yaitu Mpu
Bharada. Kedua kerajaan tersebut dikenal dengan Kahuripan menjadi Jenggala
(Kahuripan) dan Panjalu (Kediri) yang dibatasi oleh gunung Kawi dan sungai
Brantas dikisahkan dalam prasasti Mahaksubya (1289 M), kitab Negarakertagama
(1365 M), dan kitab Calon Arang (1540 M). Tujuan pembagian kerajaan menjadi dua
agar tidak terjadi pertikaian.
Kerajaan
Jenggala meliputi daerah Malang dan delta sungai Brantas dengan pelabuhannya
Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, ibu kotanya Kahuripan, sedangkan Panjalu
kemudian dikenal dengan nama Kediri meliputi Kediri, Madiun, dan ibu kotanya
Daha. Berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan masing-masing kerajaan
saling merasa berhak atas seluruh tahta Airlangga sehingga terjadilah
peperangan.
Pada akhir November 1042, Airlangga
terpaksa membelah wilayah kerajaannya karena kedua putranya bersaing
memperebutkan takhta. Putra yang bernama Sri Samarawijaya mendapatkan kerajaan
barat bernama Panjalu yang berpusat di kota baru, yaitu Daha. Sedangkan putra
yang bernama Mapanji Garasakan mendapatkan kerajaan timur bernama Janggala yang
berpusat di kota lama, yaitu Kahuripan. Panjalu dapat dikuasai Jenggala dan
diabadikanlah nama Raja Mapanji Garasakan (1042 – 1052 M) dalam prasasti
Malenga. Ia tetap memakai lambang Kerajaan Airlangga, yaitu Garuda Mukha.
Pada awalnya perang saudara tersebut,
dimenangkan oleh Jenggala tetapi pada perkembangan selanjutnya Panjalu/Kediri
yang memenangkan peperangan dan menguasai seluruh tahta Airlangga. Dengan
demikian di Jawa Timur berdirilah kerajaan Kediri dimana bukti-bukti yang
menjelaskan kerajaan tersebut, selain ditemukannya prasasti-prasasti juga
melalui kitab-kitab sastra. Dan yang banyak menjelaskan tentang kerajaan Kediri
adalah hasil karya berupa kitab sastra. Hasil karya sastra tersebut adalah
kitab Kakawin Bharatayudha yang ditulis Mpu Sedah dan Mpu Panuluh yang
menceritakan tentang kemenangan Kediri/Panjalu atas Jenggala.
2.2
Perkembangan Kerajaan Kediri
Dalam
perkembangannya Kerajaan Kediri yang beribukota Daha tumbuh menjadi besar,
sedangkan Kerajaan Jenggala semakin tenggelam. Diduga Kerajaan Jenggala
ditaklukkan oleh Kediri. Akan tetapi hilangnya jejak Jenggala mungkin juga
disebabkan oleh tidak adanya prasasti yang ditinggalkan atau belum ditemukannya
prasasti yang ditinggalkan Kerajaan Jenggala. Kejayaan Kerajaan Kediri sempat
jatuh ketika Raja Kertajaya (1185-1222) berselisih dengan golongan pendeta.
Keadaan ini dimanfaatkan oleh Akuwu Tumapel Tunggul Ametung.
Namun kemudian
kedudukannya direbut oleh Ken Arok. Diatas bekas Kerajaan Kediri inilah Ken
Arok kemudian mendirikan Kerajaan Singasari, dan Kediri berada di bawah
kekuasaan Singasari. Ketika Singasari berada di bawah pemerintahan Kertanegara
(1268 1292), terjadilah pergolakan di dalam kerajaan. Jayakatwang, raja Kediri
yang selama ini tunduk kepada Singasari bergabung dengan Bupati Sumenep
(Madura) untuk menjatuhkan Kertanegara. Akhirnya pada tahun 1292 Jayakatwang
berhasil mengalahkan Kertanegara dan membangun kembali kejayaan Kerajaan
Kediri.
2.3 Aspek Kehidupan Kerajaan Kediri
Adapun kehidupan politik, agama,
ekonomi, sosial dan budaya pada masa Kerajaan Kediri adalah sebagai berikut :
a. Kehidupan Politik
Raja pertama Kediri adalah Samarawijaya.
Selama menjadi Raja Kediri, Samarawijaya selalu berrselisih paham dengan
saudaranya, Mapanji Garasakan yag berkuasa di Jenggala. Keduanya merasa berhak
atas seluruh takhta Raja Airlangga (Kerajaan Medang Kamulan) yang meliputi
hampir seluruh wilayah Jawa Timur dan sebagian Jawa Tengah. Akhirnya
perselisihan tersebut menimbulkan perang saudara yang berlangsung hingga tahun
1052. Peperangan tersebut dimenangkan oleh Samarawijaya dan berhasil menaklukan
Jenggala.
Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaannya
pada masa pemerintahan Jayabaya. Saat itu wilayah kekuasaan Kediri meliputi
seluruh bekas wilayah Kerajaan Medang Kamulan. Selama
menjadi Raja
Kediri, Jayabaya berhasil kembali
menaklukan Jenggala yanga sempat memberontak ingin memisahkan diri dari Kediri.
Keberhasilannya tersebut diberitakan dalam prasasti Hantang yang beraangka
tahun 1135.
Prasasti ini memuat tulisan yang berbunyi
Panjalu jayati yang artinya Panjalu menang. Prasasti tersebut dikeluarkan
sebagai piagam pengesahan anugerah dari Jayabaya untuk penduduk Desa Hantang
yang setia pada Kediri selam perang melawan Jenggala.
Sebagai kemenangan atas Jenggala, nama
Jayabaya diabadikan dalam kitab Bharatayuda. Kitab ini merupakn kitab yang
digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Bharatayuda memuat kisah perang
perbutan takhta Hastinapura antara keluarga Pandhawa daan Kurawa. Sejarah
pertikaian anatar Panjalu dan Jenggala mirip dengan kisah tersebut sehingga
kitab Bharatayuda dianggap sebagai legitimasi (klaim) Jayabaya untuk memperkuat
kekuasaannya atas seluruh wilayah bekas Kerajaan Medang Kamulan.
Selain itu, untuk menunjukkan kebesaran
dan kewibawaan sebagai Raja Kediri, Jayabaya menyatakan dirinya sebagai
keturunan Airlangga dan titisan Dewa Wisnu. Selanjutnya ia mengenakan lencana
narasinga sebagai lambang Kerajaan Kediri.
Pada masa pemerintahan Ketajaya
Kerajaan Kediri mulai mengalami kemunduran. Raja Kertajaya membuat kebijakan
yang tidak populer dengan mengurangi hak-hak brahmana. Kondisi ini menyebabkan
banyak brahmana yang mengungsi ke wilayah Tumapel yang dkuasai oleh Ken Arok.
Melihat kejadian ini Kertajaya memutuskan untuk menyerang Tumapel. Akan tetapi
pertempuran di Desa Ganter, pasukan Kediri mengalami kekalahan dan Kertajaya
terbunuh. Sejak saat itu Kerajaan Kediri berakhir dan kedudukannya digantikan
oleh Singasari.
b. Kehidupan Agama
Masyarakat Kediri memiliki kehidupan
agama yang sangat religius. Mereka menganut ajaran agama Hindu Syiwa. Hal ini
terlihat dari berbagai peninggalan arkeolog yang ditemukan di wilayah Kediri
yakni berupa arca-arca di candi Gurah dan Candi Tondowongso. Arca-arca tersebut
menunjukkan latar belakang agama Hindu Syiwa. Para penganut agama Hindu Syiwa
menyembah Dewa Syiwa, karena merekaa mempercayai bahwa Dewa Syiwa dapat
menjelma menjadi Syiwa Maha Dewa (Maheswara), Dewa Maha Guru, dan Makala. Salah
satu pemujaan yang dilakukan pendeta adalah dengan mengucapkan mantra yang
disebut Mantra Catur Dasa Syiwa atau empat belas wujud Syiwa.
c. Kehidupan Ekonomi
Perekonomian di Kediri bertumpu pada
sektor pertanian dan perdagangan. Sebagai kerajaan agraris, Kediri memiliki
lahan pertanian yang baik di sekitar Sungai Brantas. Pertanian menghasilkan
banyak beras dan menjadikannya komoditas utama perdagangan. Sektor perdagangan
Kediri dikembangkan melalui jalur pelayaran Sungai Brantas. Selain beras,
barang-barang yang diperdagangkan di Kediri antara lian emas, perak, kayu
cendana, rempah-rempah, dan pinang.
Pedagang Kediri memiliki peran penting
dalam perdagangan di wilyah Asia. Mereka memperkenalkan rempah-rempah
diperdagangan dunia. Mereka membawa rempah-rempah ke sejumlah Bandar di Indonesia
bagian barat, yaitu Sriwijay daan Ligor. Selanjutnya rempah-rempah dibawa ke
India, Teluk Persia, Luat Merah. Komoditas ini kemudian diangkut oleh
kapal-kapal Venesia menuju Eropa. Dengan demikian, melalui Kediri wilayah
Maluku mulai dikenal dalam lalu lintas perdagangan dunia.
d. Kehidupan Sosial Budaya
Pada masa pemerintahan Raja Jayabaya,
struktur pemerintahan ‘
Kerajaan Kediri sudah teratur. Berdasarkan kedudukannya
dalam pemerintahan, masyarakat Kedri dibedakan menjadi tiga golongan sebagai
berikut :
1. Golongan masyarakat pusat (kerajaan),
yaitu masyarakat yang terdapat dalam lingkungan raja dan beberapa kaum
kerabatnya serta kelompok pelayannya.
2. Golongan masyarakat thani (daerah),
yaitu golongan masyarakat yang terdiri atas para pejabat atau petugas
pemerintahan di wilyah thani (daerah).
3. Golongan masyarakat nonpemerintah, yaitu
golongan masyarakat yang tidak mempunyai kedudukan dan hubungan dengan
pemerintah secara resmi.
Kehidupan budaya Kerajaan Kediri
terutama dalam bidang sastra berkembang pesat. Pada masa pemerintahan Jayabaya
kitab Bharatayuda berhasil digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Selain itu
Mpu Panuluh menulis kitab Hariwangsa dan Gatotkacasrayaa. Selanjutnya pada masa
pemerintahan Kameswara muncul kitab Smaradhahana
yang ditulis oleh Mpu Dharmaja serta kirab Lubdaka dan Wertasancaya yang
ditulis oleh Mpu Tanakung. Pada masa pemerintahan Kertajaya terdapat Pujangga
bernama Mpu Monaguna yang menulis kitab Sumansantaka dan Mpu Triguna yang
menulis kitab Kresnayana.
2.4 Raja-Raja yang Pernah Memerintah
Kerajaan Kediri yang termasyhur pernah
diperintah 8 raja dari awal berdirinya sampai masa keruntuhan kerajaan
ini. Dari kedelapan raja yang pernah memerintah kerajaan ini yang sanggup
membawa Kerajaan Kediri kepada masa keemasan adalah Prabu Jayabaya, yang sangat
terkenal hingga saat ini.
Adapun 8 raja Kediri tersebut urutannya
sebagai berikut :
1. Sri Jayawarsa
Sejarah tentang raja Sri Jayawarsa ini
hanya dapat diketahui dari prasasti Sirah Keting (1104 M). Pada masa
pemerintahannya Jayawarsa memberikan hadiah kepada rakyat desa sebagai tanda
penghargaan, karena rakyat telah berjasa kepada raja. Dari prasasti itu
diketahui bahwa Raja Jayawarsa sangat besar perhatiannya terhadap masyarakat
dan berupaya meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.
2. Sri Bameswara
Raja
Bameswara banyak meninggalkan prasasti seperti yang ditemukan di daerah Tulung
Agung dan Kertosono. Prasasti seperti yang ditemukan itu lebih banyak memuat
masalah-masalah keagamaan, sehingga sangat baik diketahui keadaan
pemerintahannya.
3. Prabu Jayabaya
Kerajaan Kediri mengalami masa keemasan
ketika diperintah oleh Prabu Jayabaya. Strategi kepemimpinan Prabu Jayabaya
dalam memakmurkan rakyatnya memang sangat mengagumkan. Kerajaan yang beribu
kota di Dahono Puro, bawah kaki Gunung Kelud, ini tanahnya amat subur,
sehingga segala macam tanaman tumbuh menghijau.
Hasil pertanian dan perkebunan berlimpah ruah. Di tengah
kota membelah aliran sungai Brantas. Airnya bening dan banyak hidup aneka ragam
ikan, sehingga makanan berprotein dan bergizi selalu tercukupi.
Hasil bumi itu kemudian diangkut ke
kota Jenggala, dekat Surabaya, dengan naik perahu menelusuri sungai. Roda
perekonomian berjalan lancar, sehingga Kerajaan Kediri benar-benar dapat
disebut sebagai negara yang “Gemah Ripah Loh Jinawi Tata Tentrem Karta
Raharja”.
Prabu Jayabaya memerintah antara tahun
1130 sampai 1157 Masehi. Dukungan spiritual dan material dari Prabu Jayabaya
dalam hal hukum dan pemerintahan tidak tanggung-tanggung. Sikap merakyat dan
visinya yang jauh ke depan menjadikan Prabu Jayabaya layak dikenang sepanjang
masa.
Jika rakyat kecil hingga saat ini ingat kepada beliau, hal
itu menunjukkan bahwa pada masanya berkuasa tindakan beliau yang selalu
bijaksana dan adil terhadap rakyat.
4. Sri Sarwaswera
Sejarah tentang raja ini didasarkan
pada prasasti Padelegan II (1159) dan prasasti Kahyunan (1161). Sebagai raja
yang taat beragama dan berbudaya, Sri Sarwaswera memegang teguh prinsip
“tat wam asi”, yang berarti “dikaulah itu, dikaulah (semua) itu, semua makhluk
adalah engkau”.
Menurut Prabu Sri Sarwaswera, tujuan hidup manusia yang
terakhir adalah moksa, yaitu pemanunggalan jiwatma dengan paramatma. Jalan yang
benar adalah sesuatu yang menuju arah kesatuan, sehingga segala sesuatu yang
menghalangi kesatuan adalah tidak benar.
5. Sri Aryeswara
Berdasarkan prasasti Angin (1171), Sri
Aryeswara adalah raja Kediri yang memerintah sekitar tahun 1171. Nama gelar
abhisekanya ialah Sri Maharaja Rake Hino Sri Aryeswara Madhusudanawatara
Arijamuka.
Tidak diketahui dengan pasti kapan Sri Aryeswara naik tahta.
peninggalan sejarahnya berupa prasasti Angin, 23 Maret 1171. Lambang Kerajaan
Kediri pada saat itu Ganesha. Tidak diketahui pula kapan pemerintahannya
berakhir. Raja Kediri selanjutnya berdasarkan prasasti Jaring adalah Sri
Gandra.
6. Sri Gandra
Masa pemerintahan Raja Sri Gandra (1181
M) dapat diketahui dari prasasti Jaring, yaitu tentang penggunaan nama hewan
dalam kepangkatan seperti seperti nama gajah, kebo, dan tikus. Nama-nama
tersebut menunjukkan tinggi rendahnya pangkat seseorang dalam istana.
7. Sri Kameswara
Masa pemerintahan Raja Sri Gandra dapat
diketahui dari Prasasti Ceker (1182) dan Kakawin Smaradhana. Pada masa
pemerintahannya dari tahun 1182 sampai 1185 Masehi, seni sastra mengalami perkembangan
sangat pesat, diantaranya Empu Dharmaja mengarang kitab Smaradhana. Bahkan pada
masa pemerintahannya juga dikeal cerita-cerita panji seperti cerita Panji
Semirang.
8. Sri Kertajaya
Berdasarkan prasasti Galunggung (1194),
prasasti Kamulan (1194), prasasti Palah (1197), prasasti Wates Kulon (1205),
Nagarakretagama, dan Pararaton, pemerintahan Sri Kertajaya berlangsung pada
tahun 1190 hingga 1222 Masehi.
Raja Kertajaya juga dikenal dengan sebutan “Dandang Gendis”.
Selama masa pemerintahannya, kestabilan kerajaan menurun. Hal ini disebabkan
Kertajaya ingin mengurangi hak-hak kaum Brahmana.
Keadaan ini ditentang oleh kaum Brahmana. Kedudukan kaum
Brahmana di Kerajaan Kediri waktu itu semakin tidak aman. Kaum Brahmana banyak
yang lari dan minta bantuan ke Tumapel yang saat itu diperintah oleh Ken Arok.
Mengetahui hal ini Raja Kertajaya kemudian mempersiapkan
pasukan untuk menyerang Tumapel. Sementara itu Ken Arok dengan dukungan kaum
Brahmana melakukan serangan ke Kerajaan Kediri. Kedua pasukan itu bertemu di
dekat Ganter (1222 M)
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Menurut sumber yang
kami peroleh tentang Kerajaan Kediri maka dapat kami ambil simpulan bahwa Kerajaan Kediri merupakan salah satu
kerajaan Hindu yang terletak di tepi Sungai Brantas, Jawa Timur. Kerajaan yang
berdiri pada abad ke-12 ini merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Kuno. Raja
pertamanya bernama Shri Jayawarsa Digjaya Shastraprabu yang menamakan dirinya
sebagai titisan Wisnu.
Kertajaya adalah raja
terakhir kerajaan Kediri. Ia memakai lencana Garuda Mukha seperti Ria
Airlangga, sayangnya ia kurang bijaksana, sehingga tidak disukai oleh rakyat
terutama kaum Brahmana. Dalam masa pemerintahannya, terjadi pertentangan antara
dirinya dan para Brahmana hal inilah akhirnya menjadi penyebab berakhirnya
Kerajaan Kediri.
3.2 Saran
Dengan adanya tugas Sejarah
Indonesia membuat makalah mengenai Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia, maka kita diharapkan lebih
mengetahui tentang sejarah kerajaan-kerajaan di Indonesia salah satunya
Kerajaan Kediri.
Menurut Ir. Soekarno beliau berkata
“JASMERAH” Jangan Lupakan Sejarah, maka kita penerima warisan (sejarah)
hendaknya lebih giat lagi mencari pengetahuan mengenai sejarah-sejarah masa
lampau. Contoh kecil adalah mencari peristiwa apa saja yang terjadi sebelum
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian kita akan menambah rasa
patriotisme (cinta tanah air) yang sebagai pemuda-pemudi bangsa sangat penting
memiliki jiwa tanah air, guna membangun bangsa yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
http://holesciences.blogspot.co.id/2016/02/makalah-sejarah-indonesia-kerajaan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar