Makalah Agama Hindu "Nyaya Darsana"



MAKALAH AGAMA HINDU
"Nyaya Darsana"


SMA NEGERI 1 LADONGI
TAHUN PELAJARAN 2018/2019





KATA PENGANTAR

“Om Swastyastu”
Asung Kertha Wara Nugraha saya panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas berkat rahmatnyalah kami dapat menyelesaikan makalah  ini yang berjudul “Nyaya Darsana” selesai tepat pada waktunya.
Tentu saja dalam penyelesaian makalah  ini saya selaku penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu saya sehingga makalah  ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya.
Saya menyadari makalah  ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu saya mohon saran dan kritik dari pembaca demi menyempurnakan makalah  ini di kemudian hari.

“Om Shantih, Shantih, Shantih Om”



Ladongi, Februari 2019



Penulis



DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR .....................................................................................................          i
DAFTAR ISI....................................................................................................................         ii


BAB  I   PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang ...........................................................................................         1
1.2   Rumusan Masalah ......................................................................................         1
1.3   Tujuan ........................................................................................................         1
                                                                                                         
BAB  II PEMBAHASAN
2.1   Pengertian Nyaya Darsana..........................................................................         2
2.2   Sejarah Nyaya Darsana...............................................................................         2
2.3   Pandangan Nyaya Darsana.........................................................................         3
2.4   Pokok-pokok Ajaran Nyaya Darsana..........................................................         5

BAB III PENUTUP
3.1   Kesimpulan.................................................................................................         7
3.2   Saran...........................................................................................................         7

DAFTAR PUSTAKA





BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pencarian kebenaran atas realitas yang ada di dunia ini merupakan sifat unik manusia.  Mereka selalu bertanya dan tentang sesuatu dan yang lainnya.  Setiap saat dan fase kehidupan yang dialaminya, manusia selalu bertanya.  Pertanyaan ini selalu ada di pikiran dan merupakan akar dari pengetahuan.
Pertanyaan manusia untuk mengetahui kebenaran mutlak sudah menjadi pembahasan dari sejak dulu.  Siapakah saya?  Siapakah kebenaran mutlak yang tertinggi?  Darimanakah asal kehidupan?  Apakah yang terjadi dengan kematian?  Pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi perdebatan oleh para filsuf baik di Barat maupun di Timur. 
Para filsuf di India membahas tentang rahasia kehidupan tersebut dari sudut pandang Agama Hindu.  Pembahasan tentang kebenaran mutlak dalam filsafat Agama Hindu dalam Bahasa Sansekerta disebut dengan Darsana. 
            Filsafat Hindu ada enam yang disebut dengan Sad Darsana, yaitu (1) Nyaya Darsana, (2) Waisesika Darsana, (3) Sankhya Darsana, (4) Yoga Darsana, (5) Mimamsa Darsana, dan (6) Wedanta Darsana.

1.2  Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Apa Pengertian Nyaya Darsana?
2.      Bagaimana Sejarah Nyaya Darsana?
3.      Bagaimana Pandangan Nyaya Darsana?
4.      Bagaimana Pokok-pokok Ajaran Nyaya Darsana?

1.3  Tujuan
Makalah ini juga didiskusikan di kelas untuk memperdalam pengetahuan mahasiswa mengenai Darsana, khususnya Nyaya Darsana.  Diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan Darsana, khususnya Nyaya Darsana pada Umat Hindu khususnya dan masyarakat pada umumnya.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Nyaya Darsana
Kata Darśana berasal dari urat kata dṛś yang artinya melihat, menjadi kata Darśana (kata benda) artinya pengelihatan atau pandangan. Kata Darśana dalam hubungan ini berarti pandangan tentang kebenaran (filsafat). Darsana adalah ilmu yang mempelajari bagaimana caranya mengungkapkan nilai-nilai kebenaran hakiki yang dijadikan landasan untuk hidup yang dicita-citakan.
Sedangkan Nyaya dapat diartikan sebagai kembali, argument, penelitian dan analitis. Nyaya juga dapat diartikan sebagai suatu pengujian kritis dari obyek pengetahuan dengan memakai kaidah-kaidah pembuktian secara logika. Nyaya dikatakan sebagai filsafat hidup walaupun pada pokoknya berhubungan dengan studi logika atau argument. Hal ini dikarenakan tujuan utama Nyaya adalah moksa.
Jadi Nyaya Darsana dapat diartikan sebagai suatu cara memperoleh kebenaran (Brahman) melalui logika. Sistem filsafat ini secara kritis berurusan dengan masalah-maslah metafisika dan mengandung diskusi tentang psikologi, logika, metafisika, dan teologi.
            Filsafat Nyaya Darsana menggunakan cara pencarian filosofis yang benar dalam semua obyek dan subyek pengetahuan amnusia termasuk dalam penalaran dan aturan pemikiran. Sehingga ajaran nyaya Darsana dikenal juga ilmu logika dan nalar (Nyaya Vidya atau Tarka Sastra), ilmu logika dan epistemology (Pramana Sastra), Ilmu penyebab (Hetu Vidya), ilmu debat (Vada Vidya) dan ilmu studi kritis (Anviksiki).
Dalam ajaran nyaya menganalisis hakekat dan sumber pengetahuan dan validitas dan non vaditas. Bukti dari pengertian diserahkan kepada suatu pencarian yang kritis. Aliran ini memberikan uraian tentang mekanisme pengetahuan secara rinci. System nyaya merupakan system pertama yang meletakkan pondasi yang kuat ilmu logika India.

2.2 Sejarah Nyaya Darsana
Nyaya Darsana secara umum dikenal sebagai Tarka Vada atau diskusi.  Nyaya Darsana mengandung ilmu diskusi dan debat. Nyaya darsana didirikan pada tahun 4 sebelum masehi oleh Maha Rsi Gautama dan ditulis dalam system Nyaya Sutra. Sistem ini dikenal juga dengan nama sistem filsafat Aksapada. Kemudian banyak filosof yang memunculkan karya-karyaanya guna memperkuat posisi nyaya sekaligus memberi komentar terhadap nyaya sutra.
Pada tahun 400 masehi sudah banyak nyaya yang telah muncul, seperti misalnya Nyayabhasya yang didirikan oleh Vatsyayava, kemudian Nyaya Langkara oleh Srikantha, Nyaya Manjari yang dirikan Jayanta, Nyaya Bodhini yang dirikan oleh Govardhana dan Nyaya Kusumanjali oleh Vacaspati Misra.
Pada abad ke 12 masehi di Bengali, India Selatan, muncul aliran Nyaya baru yang bernama Navya Nyaya. Ajaran ini dipelopori oleh Gangesa Misra. Namun jika dilakukan pendalaman mengenai ajaran Navya Nyaya ini, maka lebih mengarah pada perombakan ajaran Vaishesika Darsana.
Nyaya merupakan alat utama untuk meyakini sesuatu dengan empat keadaan yakni Subyek (pramata), obyek (prameya), keadaan hasil dari pengamatan (pramiti) dan pramana yang didalamnya terdapat penyimpulan. Dengan melalui tahap tersebut ajaran nyaya yang tak terbantahkan dari berbagai pengujian. Inilah yang menjadikan Nyaya Darsana masih bisa bertahan hingga sekarang.

2.3 Pandangan Nyaya Darsana
Dalam pembahasan sebelumnya telah dijelaskan mengenai tujuan dari Darsana yakni pencapaian kebebasan. Walaupun demikian dari enam darsana tidak selamanya memiliki pandangan yang sama. Seperti pandangan tentang Brahman, Atman, Maya dan Moksa.

2.3.1 Brahman
Ajaran Nyaya Darsana hampir sama dengan ajaran Waisesika Darsana sehingga kedua ajaran ini sering dihubungkan. Kedua ajaran ini menjelaskan Tuhan dengan sangat rinci dan selalu dihubungkan dengan kelepasan. Menurut Nyaya Darsana sesuatu terjadi karena ada penyebabnya. Nyaya meyakini konseb sebab akibat. Sehingga mengkehendaki kehadiran Tuhan yaitu kekuatan yang tak tampak oleh mata. Nyaya meyakini bahwa atom-atom sebagai penyebab material tidak mampu menciptakan dunia ini tanpa adanya penyebab efisien yang berkesadaran. Pada saat itulah diperlukan kehadiran Tuhan untuk memberikan kekuatan pertam sehingga atom-atom bisa melakukan kombinasi-kombinasinya.
Nyaya memandang Tuhan sebagai jiwa alam semesta. Tuhan dalam menciptakan alam semesta ini memiliki suatu rencan dan tujuan tertentu, sehingga dunia ini memiliki tata tertib tertentu yang bersifat universal. Tuhan itu tunggal adanya memiliki sifat tak terbatas, kekal mengatasi waktu, ruang, pikiran, jiva dan tidak terbatas. Tuhan dalam nyaya juga disebut sebagai Siva.

2.3.2 Atman
Tuhan adalah yang menciptakan, memelihara dan melenyabkan alam semesta beserta isinya. Penciptaan alam semesta ini bersifat permanen yang keberadaanya selalu dihubungkan dengan Tuhan sebagai jiwa alam semesta. Menurut Nyaya, atman dapat dibuktikan beberadaanya melalu pikiran dan tubuh. Atman keberadaanya dapat dibandingkan dengan listrik. Aliranya tidak tampak tetapi dapat dirasakan.
            Atman ada dua macam yaitu jivatman (rioh pribadi) dan Paramatman (roh universal). Menurut nyaya jivatman ada pada diri semua manusia dan melibatkan diri dengan alam semesta dan menjadi sengsara. Sedangkan paramatman adalah pengetahuan tertinggi atau jiva yang telah mengetahui segalahnya (sarvajna).
            Nyaya memandang atman sebagai materi, sedangkan kesadaran adalah sifat dari atman tersebut. Atman adalah tempat kediaman dari jnana atau kecerdasan, pengetahuan dan kemapuan untuk mengetahui. Menurut nyaya semua panca indra dipengaruhi oleh jiva. Sehingga nyaya memandang pikiran adalah alat dari jiva untuk berfikir. Jiva dipandang akan tetap abadi selamanya walaupun badan, pikiran dan indra-indra lenyap. Ajaranya nyaya memandang bahwa atman atau jiva perorangan maha tahu, berkepriabadian dan sebagai yang menikmati.

2.3.3 Maya
Filsafat Nyaya ingin mencari pengetahuan yang benar (moksa) mengenai dunia ini dan bagaimana hubungannya denga pikiran manusia serta dirinya sendiri. Bila seseorang menguasai teknik logika dan penalaran dan mampu menerapkan secara penuh dalam hidup sehari-hari maka ia akan dapat melepaskan dirinya sediri dari segala bentuk penderitaan.
Menurut nyaya, bahwa dunia diluar manusia ini, terlepas dari pikiran. Artinya bahwa dunia ini berdiri sendiri. Kita dapat memiliki pengetahuan tentang dunia dengan melalui pikiran yang dibantu oleh indra. Demikian halnya dengan pengetahuan suka dan duka yang dialami seseorang. Menurut nyaya segala sesuatu yang diketahui ini semata-mata melalui perantara pikiran, baik sesuatu yang terbatas maupun tak terbatas, manusia dan dewa. Oleh karena itu, system nyaya dapat disebut sebagai system yang realitas (nyata).
Nyaya menilai bahwa pengetahuan benar atau salah tergantung alat apa yang dugunakan untuk memperoleh pengetahuan tersebut. Dimana setiap pengetahuan menyatakan 4 keadaan yaitu subyek (pramana), obyek (yang diamati), pramiti (keadaan hasil dari pengamatan) dan cara untuk mengamati (pramana) yang terdiri dari pratyaksa, anumana, upaman dan sabda pramana.

2.3.4 Moksa
Pada umunya tujuan utama dari Darsana adalah moksa atau pembebasan bagi setiap jiva individu dari ikatan duniawi. Nyaya juga mengatakan bahwa tujuan utama dari kehidupan manusia adalah pembebasan. Untuk mencapai tujuan tersebut seseorang haru memperoleh pengetahuan yang benar atau tattva jnana, yaitu pengetahuan realitas sebagai realitas keseluruhan.
Fislsafat nyaya menekankan tiga tahap jalan memperoleh tujuan pengetahuan pembebasan yakni srvana, manana dan nididhyasana. Srvana adalah tahap dimana manusia haru mempelajari kitab suci dari orang-orang suci atau rsi. Tahap kedua yakni manana yaitu proses perenungan ajaran yang didapat dari para rsi, dan yang terakhir yakni nididhyasana yaitu tahap dimana seseorng harus berkontenplasi tentang roh, mengkonfirmasikan pengetahuanya dan mempraktekkan kebenaran didalam hidupnya.
Dengan mempraktekkan srvana, manana dan nididhyasana, seseorang akan sadar akan hakekat dari roh yang sepenuhnya berbeda dengan badan, pikiran, panca indra dan obyek lainya di dunia ini.

2.4 Pokok-pokok Ajaran Nyaya Darsana
Nyaya Darsana merupakan ajaran yang mengedepakna mengenai bagaimana hakikan Brahman bisa dibuktikan dengan ilmu logika. Nyaya menilai segala sesuatu dapat dibuktikan secara logika atau rasional tergantung dari alat yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan tersebut. Seperti misalnya dunia ini yang terbentuk dari unsur panca mahabuta yang terdiri dari unsur atom-atom.
Teori penciptaan ini memiliki kesamaan dengan konsep Waisesika. Dimana dikatakan bahwa alam semesta diciptakan Tuhan dengan tujuan yang telah direncanakan. Sehingga terdapat adanya hukum sebab akibat. Maka dari itu, untuk memperoleh kebenaran tersebut sistem Nyaya mengemukakan ada 16 pokok pembicaraan (padartha) yang perlu diamati dengan teliti, yaitu:
  1. Pramana adalah suatu jalan untuk mengetahui sesuatu secara benar.
  2. Prameya adalah sesuatu yang berhubungan dengan pengetahuan yang benar atau obyek dari pengetahuan yang benar, yaitu kenyataan.
  3. Samsaya atau keragu-raguan terhadap suatu pernyataan yang tidak pasti. Keragu-raguan ini terjadi karena pandangan yang berbeda terhadap suatu obyek, sehingga pikiran tidak dapat memutuskan tentang wujud obyek itu dengan jelas.
  4. Prayojana yaitu akhir penglihatan seseorang terhadap suatu benda yang menyebabkan kegagalan aktivitasnya untuk mendapatkan benda tersebut.
  5. Drstanta atau suatu contoh yang berasal dari fakta yang berbeda sebagai gambaran yang umum. Hal ini biasa digunakan dan diperlukan dalam suatu diskusi untuk mendapatkan kesamaan pandangan.
  6. Siddhanta atau cara mengajarkan sesuatu melalui satu sistem pengetahuan yang benar. Sistem pengetahuan yang benar adalah sistem Nyaya yang mengajarkan bahwa Atman atau jiwa itu adalah substansi yang memiliki kesadaran yang berbeda dengan hal-hal yang bersifat keduniawian.
  7. Awaya atau berfikir yang sistematis melalui metode-metode ilmu pengetahuan. Berfikir yang sistematis akan melahirkan suatu kesimpulan yang dapat diterima oleh rasio dan mendekati kenyataan.
  8. Tarka atau alasan yang dikemukakan berdasarkan suatu hipotesa untuk mendapatkan suatu kesimpulan yang benar. Ini adalah suatu perkiraan, sehingga kadang kala kesimpulan yang diperoleh bertentangan atau mendekati kenyataan yang sebenarnya.
  9. Nirnaya adalah pengetahuan yang pasti tentang sesuatu yang diperoleh melalui metode ilmiah pengetahuan yang sah.
  10. Wada adalah suatu diskusi yang didasari oleh perilaku yang baik dan garis pemikiran yang rasio untuk mendapatkan suatu kebenaran.
  11. Jalpa adalah suatu diskusi yang dilakukan oleh suatu kelompok yang hanya untuk mencapai kemenangan atas yang lain, tetapi tidak mencoba untuk mencari kebenaran.
  12. Witanda adalah sejenis perdebatan dimana lawan berdebat itu tidak mempertahankan posisi tetapi hanya melakukan penyangkalan atas apa yang dikatakan oleh lawan debatnya itu.
  13. Hetwabhasa adalah suatu alasan yang kelihatannya masuk akal tetapi sebenarnya tidak atau dapat diartikan sebagai suatu kesimpulan yang salah.
  14. Chala adalah suatu penjelasan yang tidak adil dalam suatu usaha untuk mempertentangkan suatu pernyataan antara maksud dan tujuan, jadi sesuatu yang perlu dipertanyakan.
  15. Jati adalah suatu jawaban yang tidak adil yang didasarkan pada analogi yang salah.
  16. Nigrahasthana adalah sesuatu kekalahan dalam berdebat.
Didalam usahanya untuk mengetahui dunia ini, pikiran dibantu oleh indriya. Karena pendiriannya yang demikian, maka sistem Nyaya disebut sistem yang realistis. Menurut Nyaya tujuan hidup tertinggi adalah kelepasan yang akan dicapai melalui pengetahuan yang benar. Apakah pengetahuan itu benar atau tidak hal itu tergantung dari alat-alat yang dipakai untuk mendapatkan pengetahuan tadi.



BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Filsafat Nyaya menegakkan keberadaan Isvara sehingga dikenal sebagai alat utama untuk meyakini sesuatu objek dengan penyimpulan yang tak dapat dihindari. Pandangan Filsafat Nyaya dapat memperoleh pengetahuan dengan pikiran dan dibantu dengan indera. Filsafat Nyaya dikatakan benar atau salah tergantung dari alat yang digunakan, yaitu: Pramata (subjek pengamatan), Prameya (objek yang diamati), Pramiti (kedalaman hasil pengamatan), Pramana (cara pengamatan).

3.2    Saran
Dengan adanya makalah ini semoga para pembaca dapat mengembangkan  sekaligus menambah wawasan tentang Nyaya darsana dan tentunya dapat menyusun makalah yang lebih baik dari makalah yang kami buat.





DAFTAR PUSTAKA

https://mahayuge.blogspot.com/2016/06/makalah-nyaya-darsana.html




Baca Juga
Wayan Suastika, S.Pd
Wayan Suastika, S.Pd

Seorang Guru Kelas SD Negeri 1 Wia Wia, Kabupaten Kolaka Timur Provinsi Sulawesi Tenggara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar