Makalah Agama Hindu “Sapta Timira”


 
 
MAKALAH

AGAMA HINDU


“Sapta Timira”






O l e h :

I Wayan Widia Mariani
Kelas : XI. MIPA.3



MA NEGERI 1 LADONGI
TAHUN PELAJARAN 2018/2019


 
 
 
KATA PENGANTAR


Om Swastyastu,
Puji syukur saya panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa , karena atas Asung Kerta Wara Nugraha- Nyalah, tugas makalah yang berjudul “Sapta Timira” selesai tepat pada waktunya.
 
Saya menyadari bahwa tugas Makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu kami mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun demi keseempurnaan tugas ini.
 
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah bekerjasama,sehingga Saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Semoga hasil Makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.
Om Santhi, Santhi, Santhi Om



                                                                                                                     Ladongi, Juni 2020




                                                                                                                     Penulis









DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sapta Timira 2
2.2 Bagian-bagian Sapta Timira 2

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 8
3.2 Saran 8

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Di zaman serba modern ini, penggunaan teknologi sudah sangat biasa di kalangan masyarakat. Tetapi disisi lain, banyak rakyat masih berada dalam hidup yang dapat di katakan tidak layak. Seperti di kota besar, banyak sekali pengemis, gelandangan, copet, dan lainnya. Mereka melakukan hal tersebut semata-mata hanya untuk mengisi perut atau terpaksa untuk menghidupi keluarga dan buah hatinya, tetapi ada pula yang melakukannya dikarenakan malas dan tak mau bekerja.
 
Marilah kita sebagai umat Hindu, meningkatkan pengendalian diri, menjauhi segala hal negatif dan merusak moral kita. Kita diwajibkan selalu berlandaskan ajaran Tri Kaya Parisudha, selalu berbhakti kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, niscaya kita akan terbebas dari Tujuh Kegelapan alam maya ini yaitu Sapta Timira.

1.2 Rumusan Masalah

     a. Apa itu sapta timira ?
     b. Apa saja yang termasuk sapta timira?

1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adaalah, supaya siapa pun yang membaca makalah ini dapat mengerti bagaimana sebagai umat Hindu, kita harus dapat mengetahui prilaku-prilaku yang termasuk sapta timira dan mengetahui dampaknya.




BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Pengertian Sapta Timira
Kata Sapta Timira Berasal dari bahasa Sansekerta dari kata “Sapta” yang berarti tujuh, dan kata “Timira” yang berarti gelap, suram, awidya. Jadi Sapta Timira berarti “tujuh kegelapan”. Yang dimaksud tujuh kegelapan adalah tujuh unsur atau sifat yang menyebabkan pikiran orang menjadi gelap/mabuk.

2.2 Bagian - bagian Sapta Timira
Berdasarkan kitab kekawin Niti Sastra, disebutkan 7 macam unsur yang dapat menyebabkan orang menjadi mabuk (Awidya). Ketujuh unsur tersebut disebut Sapta Timira. Berikut adalah bagian-bagian dari Sapta Timira:

1. Surupa
Surupa artinya kecantikan atau ketampanan , kecantikan atau ketampanan dibawa semenjak kita lahir dan merupakan anugrah Hyang Widhi Wasa. Bagi yang mendapat anugrah wajah cantik dan tampan harus bersyukur atas anugrah tersebut. Namun, tidak semestinya takabur, apalagi dimanfaat untuk kepentingan Adharma. Surupa atau kemabukan (lupa daratan) karena wajah atau rupa yang tampan, ganteng atau cantik. Kegantengan atau kecantikan seseorang kadang kala menyebabkan yang bersangkutan menjadi angkuh, sombong dan tinggi hati. Semestinya kegantengan atau kecantikan wajah dibarengi dengan perilaku yang baik, budi yang luhur. Orang yang ganteng atau cantik, hendaknya dapat mengendalikan diri dengan membuang jauh-jauh sikap dan perilaku yang tidak baik.
 
Kita tidak boleh sombong bila memiliki wajah tampan atau cantik karena semua itu -adalah anugrah Sang Hyang Widhi. Kecantikan dan ketampanan itu hendaknya disertai dengan perilaku yang baik. Kecantikan dan ketampanan itu tidak kekal, dia hanya bersifat sementara. Bila kita sudah tua hilanglah semua itu yang tinggal hanya badan yang renta, wajah keriput, tidak memiliki lagi kecantikan /ketampanan, tinggal menunggu kapan waktunya kita berpulang (meninggal) dan akan terlupakan.
 
Seseorang yang berprilaku baik akan dikenang sepanjang jaman. Seperti Dewi Sita yang kecantikannya sulit disamai, tetapi karena prilakunya baik, jujur dan setia kepada suaminya Sang Rama maka hingga kini beliau dikenang sebagai tokoh yang berbudi luhur. Walaupun sekian lama berada di puri Alengka, dewi Sita tetap mempertahankan kesuciannya untuk tidak dijamah oleh Sang Rahwana. Tidak pernah kecantikannya itu dipergunakan untuk menggoda laki-laki. Tetapi Dewi Sita tetap teguh iman, berbudi luhur dan sangat taat terhadap kewajibannya sebagai istri Sang Rama.
 
Demikian pula dengan kita bila memiliki rupa yang cantik/tampan kita harus tetap berbudi luhur, agar kita tidak terjerumus kehal-hal yang menyimpang dari dharma. Bila rupa yang cantik/tampan tidak disertai prilaku yang baik sehingga dia menjadi sombong dan angkuh merasa diri paling cantik/tampan, orang lain diremehkan dan direndahkan. Inilah yang disebut mabuk surupa.

2. Dhana
Dhana berarti memiliki kekayaan. Kekayaan sungguh banyak gunanya . Untuk itu, semua orang berhak memperoleh kekayaan, menyiapkan ketrampilan, disiplin, dan rajin sembahyang merupakan salah satu untuk memperolehnya. Dhana atau kemabukan (lupa daratan) karena banyak mempunyai harta benda atau kekayaan. Banyaknya harta benda yang dimiliki sering kali menyebabkan seseorang menjadi lupa diri, menepuk dada, angkuh dan sombong dan tidak ingat dengan teman-temannya. Pada hal kepemilikan harta benda seyogyanya dibarengi dengan dharma, perilaku yang baik sesuai dengan ajaran agama. Karena itu orang yang memiliki banyak harta benda seyogyanya dapat menjaga diri, tidak menepuk dada atau tidak sombong dengan harta bendanya.
 
Orang tua kita bekerja keras tidak kenal lelah, bekerja untuk mendapatkan uang agar kebutuhan keluarga bisa terpenuhi berbagai cara ditempuh oleh orang-orang untuk mendapatkan uang. Ada dengan berdagang, ada dengan bekerja menjadi buruh, menjadi pegawai, menjadi sopir dll. Bagaimana dengan orang yang mendapat uang dari hasil merampok, mencuri, korupsi atau menipu?
 
Dalam agama Hindu diajarkan bahwa harta benda itu hendaknya dicari dengan jalan yang benar berdasarkan dharma dan untuk memenuhi kebutuhan hidup berdasarkan dharma. Harta yang diperoleh dengan cara yang menyimpang dari dharma dan cara penggunaannyapun menyimpang dari dharma, misalnya berfoya-foya menghamburkan uang, menggunakan harta bendanya hanya untuk kepentingan sendiri. Orang yang demikian menganggap harta benda yang diperolehnya adalah miliknya sendiri. Orang yang seperti inilah yang disebut mabuk karena harta (dhana).
 
Dalam agama Hindu juga diajarkan mengenai penggunaan harta benda itu dengan dharma, yakni: harta benda yang kita miliki hendaknya dibagi tiga. Sepertiga bagian adalah untuk beryadnya, sepertiga bagian adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup dan sepertiganya lagi untuk disimpan dan dikelola untuk persiapan hidup masa depan. Demikianlah dhana itu agar dicari dengan cara dharma dan untuk memenuhi kebutuhan hidup berdasarkan dharma pula.
 
3. Guna
Guna artinya kepandaian. Kepandaian bagaikan pisau bermata dua, jika berada pada yang baik mental dan moralnya akan menjadi suatu yang amat berguna, dan jika berada pada orang yang bermoral brobok maka hancurlah dunia dan segala isinya. Guna atau kemabukan (lupa daratan) karena mempunyai kepintaran atau kepandaian. Orang yang pintar juga kadang lupa diri, menganggap orang lain tidak tahu apa-apa. 
 
Orang seperti ini cenderung angkuh dan kurang disukai oleh masyarakat. Oleh karena kepandaian semestinya dibarengi dengan perbuatan yang baik, disertai dengan budi pekerti yang luhur. Kepintaran semestinya diamalkan, dipergunakan untuk maksud-maksud yang baik, sehingga dapat membantu masyarakat yang kurang mempunyai pengetahuan.
 
Pernahkah kamu menonton tari legong atau sendratari? Tariannya begitu indah bukan? Keindahan tarian itu disebabkan oleh kepintaran penarinya menarikan tarian itu. Pernahkah kamu pergi ke musium lukisan? Disana akan kamu lihat lukisan yang sangat indah dan bagus, harganyapun sangat mahal dan tergantung dari bagus tidaknya lukisan itu. Lukisan itu bagus karena pelukisnya pandai melukis.
 
Seorang penyanyi akan mendapat bayaran mahal bila dia bisa bernyanyi dengan baik. Seorang penyanyi bisa bernyanyi dengan baik karena mereka belajar. Kepandaian itu sangat penting dan berguna bagi kita. Kepandaian itu dapat mempermudah hidup kita. Kepandaian menari, menyanyi, melukis dapat mendatangkan uang dan mempermudah hidup kita.
 
Bagaimana dengan orang yang menggunakan kepandaiannya untuk hal-hal yang tidak baik? Misalnya orang pintar merakit bom, setelah bomnya jadi digunakan untuk ngebom suatu tempat yang menyebabkan rakyat resah dan menimbulkan banyak korban. Orang yang pandai membuat senjata dan senjatanya itu digunakan untuk merampok. Orang seperti inilah yang disebut mabuk karena kepandaian.

Dalam ajaran agama Hindu diajarkan agar kepandaian itu untuk digunakan untuk kepentingan bersama, untuk memajukan bangsa, untuk mengharumkan nama bangsa. Bukan sebaliknya kepandaian yang di miliki untuk menghancurkan bangsa dan untuk menyengsarakan orang lain.
Demikianlah bahwa kepandaian itu sangat penting dalam kehidupan kita. Hendaknya kepandaian itu digunakan untuk hal-hal yang baik berdasarkan dharma.
 
4. Kulina
Kulina berarti keturunan. Keturunan di dalam beberapa masyarakat dunia memegang peranan penting, karena dari keturunan ia akan dikenal siapa sebenarnya dia itu. Orang dari keturunan keluarga terhormat, seperti putra raja, artis, orang-orang berjasa, berbudi baik dll. Karena banyak cucunya, sampai anak cucunya menerima pengahargaan itu. Kulina atau kemabukan (lupa daratan) karena keturunan. Factor keturunan juga sering mengakibatkan orang lupa diri. 
 
Seorang keturunan bangsawan, keturunan raja, kadang kala juga menganggap remeh orang lain yang tidak seketurunan. Hal ini dapat menimbulkan kesulitan bagi orang tersebut. Keturunan orang-orang terkenal, berpangkat atau bangsawan, sebaiknya mempunyai perilaku yang baik, berbudi luhur sejalan dengan ajaran agama. Mereka seharusnya dapat menjadi panutan dapat memberikan contoh yang baik terhadap masyarakat sekitarnya.

Keturunan menentukan asal usul seseorang. Seseorang yang berasal dari keturunan yang baik akan dihormati oleh orang. Keturunan dapat menjadi kebanggaan seseorang, akan tetapi kebanggaan yang berlebihan akan asal-usul keturunan menyebabkan kita menjadi sombong dan angkuh. Orang yang merasa diri keturunan bangsawan atau dari keturunan pejabat merasa lebih tinggi derajadnya dari orang lain. Mereka menganggap orang rendah dari dirinya, sehingga dia memperlakukan orang dengan seenaknya saja.

Orang seperti inilah yang disebut mabuk karena keturunan (kulina). Orang seperti ini akan dijauhi oleh teman-temannya. Seseorang yang berasal dari keturunan baik disertai dengan prilaku yang baik akan dihormati oleh orang lain. Demikianlah keturunan / kebangsawanan bukan jaminan bagi kita untuk dihargai dan dihormati oleh orang lain. Tetapi yang terpenting adalah perilaku kita. Darimanapun asal keturunan kita bila perilaku kita baik sesuai dengan dharma, orang yang demikian akan dihargai dan dihormati oleh orang lain.

5. Yohana
Yohana artinya masa remaja/muda. Masa ini penuh gejolak, kreativitas, kekuatan, kecerdasan, dan keindahan yang sangat hebat. Yohana atau kemabukan (lupa daratan) karena masa remaja atau masa muda. Anak muda remaja karena kurang pendidikan dan pengalaman, sering kali lebih menyukai kebebasan dan hura-hura, sering kali sok jagoan dan suka berkelahi. 
 
Sebaikanya semasa masih remaja, anak-anak itu diberi pendidikan agama yang memadai, diberi pelajaran mengenai etika, bagaimana harus berperilaku di dalam masyarakat, sebagaimana harus membawa diri dan lain-lain, supaya mereka dapat menjadi manusia yang berguna bagi nusa, bangsa dan agama. Masa remaja adalah masa yang baik untuk mengembangkan diri menjadi manusia yang berguna bagi masyarakat, bagi nusa dan bangsa serta agama

6. Sura
Sura artinya minuman keras. Dalam upacara Hindu, minuman keras diperuntukan bagi Bhuta Kala, seperti tuak dan brem. Selain minuman tersebut beredar juga minuman keras lain, seperti bir, whiskey, brendy dll. Yang berakibab buruk bagi kesehatan tubuh. Sura atau kemabukan (lupa daratan) karena minuman keras. Minuman keras merupakan musuh yang sangat buruk. Ia dapat membuat orang mabuk, lupa diri dan berbuat yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Karena itu manusia beragama sebaiknya menjauhi minuman keras.

Pernahkah kamu melihat orang yang mabuk karena minum arak? Orang yang mabuk, bicaranya ngawur, pikirannya kacau dan sering berbuat diluar kontrol. Sering kita dengar atau baca dikoran pengendara sepeda motor nabrak pejalan kaki yang sedang menyebrang disebabkan karena orang itu mabuk.

7. Kasuran
Kasuran artinya berani. Setiap orang perlu mempunyai keberanian, tanpa keberanian hidup cenderung menderita. Kasuran atau kemabukan (lupa daratan) karena merasa mempunyai keberanian. Keneranian kadang kala membuat orang lupa diri. Keberanian tanpa disertai dengan pikiran yang sehat dan baik dapat mengakibatkan kerugian atau kesulitan bagi orang lain maupun yang bersangkutan sendiri. Keberanian hendaknya selalu dilandasi oleh kebenaran dan Dharma, oleh perbuatan yang luhur sesuai dengan ajaran agama. 
 
Perlukah keberanian itu pada diri kita? Tentu sangat perlu. Orang penakut adalah orang pengecut. Orang penakut selalu ragu-ragu dalam bertindak karena takut salah, takut ditertawai, takut dimarahi, takut diejek dll. Orang penakut hidupnya tidak bisa maju. Keberanian itu perlu kita miliki. Kita harus berani mengambil resiko dari apa yang kita lakukan kita harus berani mengeluarkan pendapat, kita harus berani membela kebenaran, kita harus berani menunjukkan karya kita. Seorang pemberani hidupnya selalu bergairah dan maju.






BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Sapta timira adalah tujuh unsur atau sifat yang menyebabkan pikiran orang menjadi gelap/mabuk. Dan bagiannya yaitu Surupa adalah rupa yang tampan atau cantik, Dana adalah harta benda, Guna adalah kepandaian, Kulina adalah keturunan dan kebangsawanan, Yowana adalah keremajaan, Sura adalah minuman keras, dan Kasuran adalah keberanian. Yang mana jika tidak dapat dikendalikan akan memunculkan prilaku-prilaku yang cenderung mabuk dan berlebihan serta merugikan.

3.2 Saran
Sebagai umat Hindu kita diwajibkan selalu berbhakti kehadapan Ida Sang Hyang widhi wasa. Itu dimaksudkan supaya kita selalu mengingat beliau sebagai lambang dharma yaitu kebenaran, dan selalu ingat untuk melaksanakan dharma atau kebenaran.



DAFTAR PUSTAKA

http://wayansuastika1.blogspot.com/2017/10/makalah-agama-hindu-sapta-timira.html
Baca Juga
Wayan Suastika, S.Pd
Wayan Suastika, S.Pd

Seorang Guru Kelas SD Negeri 1 Wia Wia, Kabupaten Kolaka Timur Provinsi Sulawesi Tenggara.

1 komentar: