MAKALAH AGAMA HINDU CATUR MARGA




MAKALAH



 


“Catur Marga Yoga”










O L E H :

I Nyoman Gede Mastra Ana

Kelas   : XI. IPA.3



SMA NEGERI 1 LADONGI
TAHUN PELAJARAN 2017/2018











KATA PENGANTAR

“Om Swastyastu”
Asung Kertha Wara Nugraha saya panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas berkat rahmatnyalah kami dapat menyelesaikan makalah  ini yang berjudul “Catur Marga” selesai tepat pada waktunya.
Tentu saja dalam penyelesaian makalah  ini saya selaku penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu saya sehingga makalah  ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya.
Saya menyadari makalah  ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu saya mohon saran dan kritik dari pembaca demi menyempurnakan makalah  ini di kemudian hari.

“Om Shantih, Shantih, Shantih Om”



Ladongi, September 2017



Penulis









DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR .....................................................................................................          i
DAFTAR ISI....................................................................................................................         ii


BAB  I   PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang ...........................................................................................         1
B.      Rumusan Masalah ......................................................................................         1
C.      Tujuan ........................................................................................................         1
                                                                                                         
BAB  II PEMBAHASAN
A.     Pengertian Catur Marga Yoga....................................................................         2
B.      Bagian-bagian Catur Marga Yoga..............................................................         4

BAB III PENUTUP
A.     Kesimpulan.................................................................................................         6
B.      Saran...........................................................................................................         6

DAFTAR PUSTAKA





BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Di dalam agama Hindu tidak ada suatu keharusan untuk menempuh satu-satu jalan, karena semua jalan untuk menuju Tuhan Yang Maha Esa diturunkan oleh-Nya untuk memudahkan umat-Nya menuju kepada-Nya. Empat jalan untuk menghubungkan diri, yang dimaksud adalah menghubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa. Usaha untuk menghubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa akan berhasil bila didukung dengan metode, media maupun lokasi spiritual yang kondusif. Untuk itu, di samping personalitas pribadi orang yang menghubungkan diri kepada-Nya. Di zaman kaliyuga ini, masalah personalitas pribadi masih menjadi masalah dalam hal mendekatkan diri kehadap-Nya. Seperti yang kita ketahui bahwa moralitas manusia cenderung menurun karena kemajuan zaman dan factor penyebab lainnya. Hal tersebut, sebenarnya bisa diatasi jika ada kesadaran dari manusia untuk selalu berbuat dengan memperhatikan ajaran agama. Salah satunya adalah dengan melaksanakan ajaran catur marga untuk menghubungkan diri kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa masalah mengenai Catur Marga Yoga diantaranya sebagai berikut
1.  Apa Pengertian Catur marga Yoga?
2. Bagaimana Bagian-bagian Catur Marga Yoga?

C.      Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah ;
1.  Untuk mengetahui Pengertian Catur marga Yoga,
2.  Untuk mengetahui Bagian-bagian Catur Marga Yoga



BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Catur Marga Yoga
Catur marga berasal dari dua kata yaitu catur dan marga. Catur berarti empat dan marga berarti jalan/cara atapun usaha. Jadi catur marga adalah empat jalan atau cara umat Hindu untuk menghormati dan menuju ke jalan Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Catur Marga juga sering  disebut dengan Catur Marga Yoga. Sesungguhnya kata yoga, dapat juga berarti masuk atau menyatukan diri, sehingga Catur Marga Yoga dapat pula diartikan empat jalan untuk menyatukan diri dengan Tuhan untuk mencapai moksa. Keempat jalan ini memiliki nilai yang sama namun menjadi sangat utama apabila didasari dengan kesungguhan hati dan Sradha yang mantap. Keempat jalan itu adalah Bhakti Marga Yoga, Karma Marga Yoga, Jnana Marga Yoga, dan Raja Marga Yoga. Sumber ajaran catur marga ada diajarkan dalam pustaka suci Bhagawadgita, terutama pada trayodhyaya tentang karma yoga marga yakni sebagai satu sistem yang berisi ajaran yang membedakan antara ajaran subha karma (perbuatan baik) dengan ajaran asubha karma (perbuatan yang tidak baik) yang dibedakanmenjadi perbuatan tidak berbuat (akarma) dan wikarma (perbuatan yang keliru). Karma memilikidua makna yakni karma terkait ritual atau yajna dan karma dalam arti tingkah perbuatan. Kedua,tentang bhakti yoga marga yakni menyembah Tuhan dalam wujud yang abstrak dan menyembahTuhan dalam wujud yang nyata, misalnya mempergunakan nyasa atau pratima berupa arca ataumantra. Ketiga, tentang jnana yoga marga yakni jalan pengetahuan suci menuju Tuhan YangMaha Esa, ada dua pengetahuan yaitu jnana (ilmu pengetahuan) dan wijnana (serba tahu dalam penetahuan itu). Keempat, Raja Yoga Marga yakni mengajarkan tentang cara atau jalan yoga atau meditasi (konsentrasi pikiran) untuk menuju Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang WidhiWasa.

2.      Bagian-bagian Catur Marga Yoga
Di dalam ajaran kerohanian Hindu terdapat jalan untuk mencapai kesempurnaan, yaitu moksa, dengan menghubungkan diri dan pemusatan pikiran kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang disebut dengan Catur Marga Yoga. Catur marga yoga terdiri dari empat bagian yaitu bhakti marga yoga, jnana marga yoga, karma marga yoga dan raja marga yoga.



a)      Bhakti Marga Yoga
Kata Bhakti berarti menyalurkan atau mencurahkan cinta yang tulus dan luhur kepada Tuhan, kesetiaan kepadaNya, perhatian yang sungguh-sungguh untuk memujanya. Kata Marga berarti jalan atau usaha, sehingga Bhakti Marga Yoga adalah jalan pengabdian kepada Ida Sang Hyang Widhi melalui cinta kasih yang luhur dan mulia. Untuk memupuk sradha harus adanya rasa bhakti dan kasih sayang terhadap Tuhan, dalam ajaran Agama Hindu dikenal 2 bentuk bhakti yaitu:
1)     Aphara Bhakti, merupakan bhakti yang dilakukan melalui pemujaan atau persembahan dengan berbagai permohonan. Dan permohonan itu wajar mengingat keterbatasan pengetahuan kita. Namun, permohonan yang dimaksudkan itu wajar dan tidak berlebihan
2)      Parabhakti, merupakan bhakti yang dilakukan melalui pemujaan atau persembahan dengan rasa tulus iklas, menyerahkan diri sepenuhnya kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Penyerahan diri sepenuhnya kepadaNya bukanlah dalam pengertian pasif tidak mau melakukan aktivitas, tetapi ia aktif dan dengan keyakinan bahwa bila bekerja dengan baik dan tulus niscaya akan memperoleh pahala yang baik pula.
Dalam pustaka hindu, diuraikan beberapa jenis bentuk bhakti yang disebuta “Bhavabhakti”, sebagai berikut:
1.      Santabhava adalah sikap bhakti seperti bhakti atau hormat seorang anak terhadap ibu dan bapaknya.
2.     Sakyabhava adalah bentuk bhakti yang meyakini Hyang Widhi, manifestasiNya, Istadewata sebagai sahabat yang sangat akrab dan selalu memberikan perlindungan dan pertolongan pada saat yang diperlukan
3.      Dasyabhava adalah bhakti atau pelayanan kepada Tuhan seperti sikap seorang hamba kepada majikannya.
4.      Vatsyabhava adalah sikap seorang penyembah atau memandan Tuhan seperti anaknya sendiri.
5.     Kantabhava adalah seorang penyembah atau bhakta seperti sikap seorang istri terhadap suami tercinta.
6.      Madhuryabhava adalah bentuk bhakti sebagai cinta yang amat mendalam dan tulus dari seorang bhakta kepada Tuhan.
Gejala-gejala dari adanya Bhakti Marga adalah:
a.       Kerinduan untuk bertemu kepada yang dipujanya
b.      Keinginan untuk berkorban
c.       Keingingan untuk menggambarkan
d.      Melenyapkan rasa takut
e.       Melahirkan rasa seni
f.       Melahirkan rasa terharu
g.      Melahirkan mitologi
Seseorang yang menjalani Bhakti Marga disebut Bhakta, sikapnya selalu merasa puas dalam segala-galanya, baik dalam kelebihan dan kekurangan. Sikapnya yang tenang dan sabar membawanya pada keseimbangan batin yang sempurna, seorang Bhakta akan selalu mengembangkan sifat Catur Paramitha yaitu Maitri, Karuna, Mudita dan Upeksa. Selain itu, seorang bhakta akan selalu membebaskan diri dari keangkuhan (ahamkara) dan  tidak ada ikatan sama sekali terhadap apapun karena seluruh kekuatannya dipakai untuk memusatkan pikiran kepada Hyang Widhi.
b)     Karma Marga Yoga
Karma Marga Yoga adalah jalan atau usaha untuk mencapai kesempurnaan atau moksa dengan perbuatan dan bekerja tanpa pamrih. Dalam Bhagawadgita tentang Karma Yoga dinyatakan sebagai berikut:
Tasmad asaktah satatam karyam karma samcara, asakto hy acaran karma param apnoti purusah. (Bhagawadgita III. 19)
Artinya:
Oleh karena itu, laksanakanlah segala kerja sebagai kewajiban tanpa terikat pada hasilnya, sebab dengan melakukan kegiatan kerja yang bebas dari keterikatan, orang itu sesungguhnya akan mencapai yang utama.

Pada hakikatnya seorang karma yogi selalu mendambakan pedoman rame inggawe sepi ing pamrih. dengan menyerahkan keinginannya akan pahala yang berlipat ganda. Hidupnya akan berlangsung dengan tenang dan dia akan memancarkan sinar dari tubuhnya maupun dari pikirannya. Bahkan masyarakat tempat hidupnya pun kana menjadi bahagia, sejahtera, ia akan mencapai kesucian batin dan kebijaksanaan.
c)      Jnana Marga Yoga
Jnana artinya, kebijakan filsafat(pengetahuan). Yoga berasal dari urat kata Yuj artinya, menghubungkan diri. Jadi, Jnana Marga Yoga artinya mempersatukan jiwatman dengan paramatman yang dicapai dengan jalan mempelajari ilmu pengetahuan dan filsafat pembebasan diri dari ikatan-ikatan keduniawian. Tiada ikatan yang lebih kuat daripada Maya, dan tiada kekuatan yang lebih ampuh daripada Yoga untuk membasmi ikatan-ikatan Maya itu. Untuk melepaskan ikatan-ikatan kita harus mengarahkan segala pikiran kita dan memaksanya kepada kebiasaan-kebiasaan suci. Akan tetapi, bila kita ingin member suatu bentuk kebiasaan suci pada pikiran kita, akhirnya pikiran harus menerimanya. Sebaiknya bila pikiran tidak mau menerimanya maka haruslah kita akui bahwa segala pendidikan yang kita ingin biasakan itu tidak ada gunanya. Jadi proses pertumbuhan merupakan hal yang mutlak, sebagai jalan tumbuhnya pikiran, perbuatan lahir, pelaksanaan swadharma, dan sikap batin (wikrama) sangat diperlukan dimana perbuatan lahir adalah penting, karena jika tidak berbuat maka pikiran kita tidak dapat diuji kebenarannya. Perbuatan lahir menunjukkan kualitas sebenarnya dari pikiran kita. Ada tiga hal yang penting dalam hidup ini yaitu kebulatan pikiran, pembatasan pada kehidupan sendiri, dan keadaan jiwa yang seimbang atau tenang maupun pandangan yang kokoh, tentram, dan damai. Ketiga hal tersebut di atas merupakan Dhyana yoga. Untuk tercapainya perlu dibantu dengan Abhyasa,yaitu latihan-latihan dan vairagya yaitu keadaan tidak mengaktifkan diri. Kekuatan pikiran kita lakukan saat kita berbuat apa saja, dan pikiran harus kita pusatkan kepada-Nya. Dalam urusan-urusan keduniawian pemusatan ini mutlak diperlukan. Hal ini bukan hanya diperlukan untuk sukses di dunia, tetapi juga dibutuhkan untuk kemajuan spiritual atau batin. Usaha untuk menjernihkan kegiatan kita sehari-hari ialah kehidupan rohani. Apapun yang kita laksanakan, berhasil atau tidaknya tergantung kepada kekuatan pemusatan pemikiran kita kepada-Nya. Inilah kelebihan Jnana Marga (jalan ilmu pengetahuan) dibandingkan dengan marga-marga lainnya. Dengan dikuasainya ilmu pengetahuan, manusia dapat bekerja lebih efektif dan efisien, dibandingkan dengan mereka yang dungu dan sedikit pengetahuannya, baik itu masalah pengetahuan duniawi ataupun pengetahuan tentang agama, karena ilmu pengetahuan itulah yangakan menuntun manusia menuju ke jalan yang benar untuk mencapai tujuan akhir. Maka dari itu, kejarlah ilmu pengetahuan terlebih dahulu sebanyak dan seluas mungkin.
d)     Raja Marga Yoga
Raja Marga Yoga adalah suatu jalan mistik (rohani) untuk mencapai moksa, raja marga yoga mengajarkan bagaimana mengendalikan indria-indria dan vritti mental atau gejolak pikiran yang muncul dari pikiran melalui tapa, brata, yoga dan semadhi. Tapa dan brata merupakan suatu latihan untuk mengendalikan emosi atau nafsu yang ada dalam diri kita kearah yang lebih positif sesuai dengan petunjuk ajaran kitab suci. Sedangkan yoga dan semadhi adalah latihan untuk menyatukan atma dengan Brahman dengan melakukan meditasi atau pemusatan pikiran.


BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
            Dalam perekonomian terdapat berbagai organisasi perusahaan seperti perusahaan perseorangan ,perkongsian, perseroan terbatas,perusahaan milik Negara dan koperasi. Dalam teori ekonomi berbagai bentuk perusahaan itu tidak dibeda-bedakan.Setiap perusahaan dipimpin oleh seorang tenaga kerja yang memiliki keahlian keusahawanan (kewirausahaan). Tenaga kerja ini akan menggunakan factor-faktor produksi lain dan mengorganisasikannya untuk menjalankan kegiatan ekonomi.Fungsi produksi menggambarkan berapa jumlah produksi maksimum yang mampu diproduksi oleh produsen pada setiap kombinasi input atau faktor produksi yang ada.
            Tujuan dari produksi tersebut salah satunya untuk memenuhi kebutuhan manusia dan menghasilkan barang dan jasa. Untuk itu sebelum mencapai tujuan yang diharapkan perlu di rencanakan dulu cara pengelolaan faktor produksi tersebut.

B.       Saran
Catur marga yoga ini merupakan salah satu cara atau jalan terbaik untuk mendekatkan diri kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Oleh karena itu, kita sebagai umat Hindu hendaknya melaksanakan ajaran Catur Marga Yoga dengan hati yang iklas, sehingga kualitas kehidupan kita akan lebih meningkat dan cenderung kea arah yang lebih baik untuk menuju jalan kebenaran.





DAFTAR PUSTAKA

https://purnamiap.blogspot.co.id/2014/10/contoh-makalah-catur-marga-yoga-dan.html

Baca Juga
Wayan Suastika, S.Pd
Wayan Suastika, S.Pd

Seorang Guru Kelas SD Negeri 1 Wia Wia, Kabupaten Kolaka Timur Provinsi Sulawesi Tenggara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar